Dodol Minahasa dan Nasi Jaha
Dodol Minahasa dan Nasi Jaha

“Heyy open house ngana hari minggu?”

“Ada dodol?”

“Ada nasi jaha?”

“Ada ikang bulu?”

adalah beberapa pertanyaan yang sering dilontarkan ketika mendekati thanksgiving day atau Hari Pengucapan Syukur.

Sedikit informasi, jadi Hari Pengucapan Syukur sendiri merupakan hari yang ditandai dengan ucapan syukur atas pencapaian hasil panen/pekerjaan yang dilakukan selama setahun. Dan biasanya hari pengucapan syukur diadakan di hari minggu pada pertengahan tahun atau bisa juga akhir tahun (tergantung kalender pemerintah daerah).

Ada banyak hal yang sangat seru yang biasa terjadi ketika mendekati hari pengucapan syukur.

Diantaranya adalah tradisi “Goyang Dodol” dan “Bakar Nasi Jaha”.

Dodol Minahasa dan Nasi Jaha adalah makanan/kuliner khas Suku Minahasa yang sudah puluhan tahun dijadikan sebagai simbol untuk memperingati hari pengucapan syukur Suku Minahasa.

Dodol Minahasa dan nasi jaha dibuat dengan teknik memasak tradisional yaitu menggunakan tungku dan kayu bakar.

Bahkan tradisi ini dapat membuat langit biru Minahasa diselimuti oleh asap. Asap tersebut dihasilkan dari pembakaran kayu saat memasak dodol dan nasi jaha.

Bayangkan saja hampir setiap rumah membakar kayu untuk memasak dodol dan nasi jaha.

Dan hari ini saya dan keluarga saya hendak berkunjung ke rumah kakek dan nenek yang berada di daerah Kabupaten Minahasa.

Kami berangkat hari minggu siang tepat di hari pengucapan syukur.

Dari tempat tinggal kami menuju rumah kakek dan nenek biasanya hanya memakan waktu sekitar 1 jam. Namun jalanan cukup ramai karena hari pengucapan syukur, sehingga waktu tempuhnya jadi sekitar 2 jam.

Saya melirik ke arah luar jendela kaca mobil.

“wahh ramai sekali hari ini.” pikir saya.

Banyak juga ternyata yang “open house” (menerima tamu) di hari pengucapan syukur meski sedang pandemi.

Ternyata pandemi tidak dapat mengurangi kasih dan rasa kekeluargaan antar satu dengan yang lain. Terlihat jelas hampir di setiap rumah terparkir kendaraan, baik itu mobil atau pun motor.

Hari pengucapan syukur memang cukup istimewa karena dijadikan sebagai moment untuk kumpul keluarga dan orang-orang terdekat.

Tiba-tiba mama angkat bicara.

“Ehhh coba tebak ada menu apa nanti disana.” Ujar mama saya.

Sudah pasti ada dorang 2 ya di atas meja.” Balas saya sambil tertawa.

“Dorang 2 siapa ini?” Tanya kakak sambil menghadap ke arah saya.

“Sapa leh dang kalau bukan tuh 2 makanan yang paling ngana suka skali haha.” Jawab saya sambil tertawa.

“Adohh kita nasi jaha jo, jangan dodol.” Balasnya.

Kami semua pun tertawa karena kami juga heran kenapa dia tidak suka dengan dodol. Padahal dodol rasanya enak sekali.

Tapi maklumlah selain sedang diet, dia juga memang biasanya tidak suka dengan makanan yang teksturnya agak kenyal dan manis.

Kami menikmati perjalanan dengan melanjutkan perbincangan tentang apa saja yang bisa menjadi topik pembicaraan.

Dan tibalah kami di rumah kakek dan nenek.

“Aduhhh so datang ren tu orang minsel.” Ujar nenek dan paman melihat kami memasuki rumah sambil mendekat untuk berjabat tangan.

Kami disambut sangat hangat oleh kakek dan nenek serta keluarga besar yang sudah lebih dahulu sampai di rumah kakek dan nenek.

Kami berpelukan satu sama lain karena lama tidak bertemu.

Bersyukur tentunya kami semua sudah divaksin dan semuanya dalam keadaan sehat.

Selepas berpelukan, nenek menggandeng tangan saya menuju ke ruang makan untuk makan bersama-sama.

Hari ini adalah hari yang sangat saya nantikan sejak lama. Karena selain bahagia bisa bertemu kakek dan nenek, saya juga sangat bahagia ketika mata saya melirik ke arah meja makan yang di atasnya sudah tersedia berbagai macam hidangan hehehe…. maklumlah saya orangnya doyan makan….

Nahhh, tidak lupa juga tadi saya sempat melirik ke pojok meja. Dan tertangkap oleh pandangan saya ada 2 hidangan simbolis pengucapan syukur yang bisa dibilang menjadi objek buruan kami hari ini.

Yapp mereka adalah dodol minahasa dan nasi jaha.

Karena hari ini hari spesial makan-makan jadi saya sengaja tidak makan siang dari rumah. Biar bisa makan banyak di rumah kakek dan nenek.

“Ayo makan….” panggil nenek sambil menyodorkan piring.

Saking banyak hidangannya saya malah bingung mau makan apa saja. Akhirnya mendarat di atas piring saya nasi jaha, sambal dabu-dabu, ikan bakar, dan kerupuk.

“Hmm…. memang kombo ternikmat….”

“Warrrbiasaaa….”

“Enak sekali….”

yang ada dipikiran saya saat semuanya masuk ke dalam mulut saya.

Nasi jaha buatan desa dan nasi jaha buatan kota beda cita rasanya. Saya lebih suka nasi jaha buatan desa karena kaya akan rasa rempah-rempah dan warnanya juga cantik.

Ohhh iyaa, jadi nasi jaha itu adalah nasi yang dimasak dengan jahe dan rempah-rempah lainnya.

Saya juga bingung kenapa sebutannya nasi jaha. Padahal kata “jaha” itu kalau di daerah kami artinya jahat.

Tapi yasudahlah yang penting rasanya tidak pernah jahat di mulut saya haha…

Saya makan cukup banyak dan mulai terasa kenyang.

Tiba-tiba paman saya berbicara.

“Dek tambah….” kata paman saya yang ternyata melirik piring saya sudah hampir kosong.

“Ohh iya, sadiki leh… so agak full kw tangki ini hahaha….” jawab saya sambil memegang perut dan tertawa.

Akhirnya piring saya sudah kosong dan saya sudahi makan saya. Saya sih mikirnya bakalan makan lagi nanti sebelum pulang.

Saya pun rehat sejenak di ruangan yang ada sofanya. Nikmat sekali setelah makan sambil sanderan di sofa hehe…

Sudah sekitar sejam saya sanderan datanglah nenek saya sambil membawa dodol di atas piring dan meletakkannya di atas sofa tempat saya sanderan.

“Ini tuh dodol dek, coba rasa dulu.” Kata nenek sambil membuka salah satu bungkus dodol.

Saya pun bersemangat juga membuka bungkus dodol untuk mencicipi rasanya.

“Hmmm… enak sekali… siapa yang beking ini dang?” Tanya saya sambil tersenyum bahagia.

“Kalo dodol dorang paman O yang beking, ada goyang dodol tadi malam dorang sampe lat.” Ujar nenek sambil tertawa.

(Maksudnya: dodolnya itu bikinan paman O dan beberapa orang lainnya, mereka bikinnya sampai larut malam).

Saya pun ikut tertawa juga karena membayangkan cara mereka mengaduk dodolnya.

Dodol yang enak punya tekstur yang agak kenyal, dan untuk mendapatkan tekstur tersebut perlu energi yang cukup banyak untuk mengaduk adonan kental dodol di atas wajan yang cukup besar.

Kami pun berbincang-bincang tentang banyak hal sambil menghabiskan dodol yang ada di piring. Dan menikmati waktu yang cukup singkat saat bertemu, kami mengambil beberapa gambar sebagai kenang-kenangan.

Waktu cepat berlalu, matahari terbenam dan langit sudah gelap. Kami beres-beres untuk pulang. Sebelum pulang kami makan malam terlebih dahulu.

Kami dibungkusin beberapa makanan untuk dibawa pulang.

Dan tidak lupa pun dibungkusin juga si buruan kami, yang tidak lain adalah dodol dan nasi jaha.

Yeyyy, lumayanlah untuk teman nge-teh dan ngopi dirumah nanti.

Bagasi kami pun yang awalnya kosong saat datang, kini full malah hampir tidak bisa tertutup saat mau pulang haha….

Akhirnya tibalah disaat kami harus berpisah. Sebenarnya kalau besoknya bukan hari kerja, kami ingin tinggal lebih lama.

Kami pun berpamitan satu sama lain.

Kemudian kami kembali berkendara untuk pulang ke rumah kami.

Hari yang luar biasa dan cukup melelahkan. Perjalanan pulang memakan waktu lebih dari 2 jam karena jalanan sudah lebih ramai.

Namun semuanya terbayarkan dengan rasa bahagia karena bertemu dengan keluarga besar….. dan berhasil membawa pulang hasil buruan pengucapan syukur  yaitu si dodol dan nasi jaha…. hahaha

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here