Hari kedua di Blora, pagi ini cuaca cukup cerah. Sangat cocok untuk berjalan kaki menghirup udara pagi. Terlebih lagi suasana di kampung memang masih asri dan tidak tercemar polusi.

Akhirnya pagi itu saya putuskan untuk jalan-jalan pagi, masih sekitar jam 6 pagi. Setelah lelah berjalan kaki, perut mulai berbunyi. Waktunya sarapan pagi. Pagi ini terasa ingin sekali menyantap nasi pecel dong jati.

Kalian sudah pernah merasakan nasi pecel di daerah Kalian? Nasi dilengkapi dengan sayur tauge, daun ubi, dan juga tewel (nangka muda) ini rasanya maknyus sekali. Meski terkadang komposisi dari nasi pecel di setiap daerah ini berbeda namun tetap saja namanya nasi pecel pasti di atasnya akan diguyur dengan bumbun pecel atau bumbu kacang khas setiap daerah.

Menyantapnya di pagi hari ditemani dengan teh hangat pasti sangat mengenyangkan. Ini yang saya bayangkan saat itu.

Nasi pecel hampir disenangi oleh semua kalangan meski kadang rasanya sedikit pedas karena bumbu kacangnya tersebut dicampuri sedikit cabai.

Kebanyakan nasi pecel dibungkus menggunakan kertas minyak, tapi kalau di Blora, yang Kalian temukan adalah nasi pecel yang khas dan berbeda dari nasi pecel lainnya.

Di sepanjang perjalanan menuju Kota Blora bahkan di daerah ini pun Kalian akan menemukan banyak sekali pohon jati. Bahkan ada juga alas jati di sepanjang perjalanan antara Blora-Cepu yang pasti harus Kalian lewati jika menuju Kota Blora. Saat ini jalan besar Blora sudah menjadi jalan nasional yang menghubungkan banyak daerah ke daerah lain.

Nah, banyaknya pohon jati ini membuat para pedagang nasi pecel terdahulu berinisiatif untuk menggunakan daun jati ini sebagai alas atau bungkus untuk nasi pecel mereka. Inilah kenapa saat ini dinamakan nasi pecel dong jati atau artinya godong jati sama dengan daun jati.

nasi pecel dong jati

Hingga saat ini, nasi pecel dong jati (nasi pecel daun jati) menjadi legendaris dan justru menjadi salah satu ikon di kota ini. Tidak sah rasanya saat Kalian ke Kota Blora tapi tidak mencicipi kuliner yang satu ini.

Saat kepikiran nasi pecel dong jati tentu yang terlintas di pikiran saya nasi pecel langganan yang biasa saya kunjungi saat mudik ke Kota Blora.

Tanpa lama berpikir langsung saja tancap gas menuju lokasi. Meski tidak terlalu jauh hanya beberapa menit namun sesampainya di lokasi tetap saja Kalian harus mengantri. Seperti biasa saya juga ikut mengantri untuk menyantap seporsi nasi pecel.

Nasi pecel dong jati yang sangat legendaris ada di Warung Bu Lastri yang sudah beroperasi sejak akhir tahun 90an. Nasi pecel di warungnya selalu habis terjual, pelanggan yang membeli pun sangat senang berkunjung ke warungnya lantaran nasi pecel yang dijual sangat terjangkau dan pelayanan yang cepat.

Kalian hanya perlu mengeluarkan Rp 3.000 untuk sebungkus nasi pecel dengan porsi yang lumayan banyak. Cukup membuat Kalian kenyang untuk beberapa jam ke depan. Sementara menunggu nasi pecel disiapkan. Kalian bisa juga mencicipi gorengan pia-pia maupun tempe goreng.

Meski terkesan biasa saja namun ternyata nasi pecel yang dibungkus dengan daun jati memiliki cita rasa dan penampilan yang berbeda dari nasi pecel yang dibungkus dengan kertas minyak.

“Bu, 4 nasi pecel di bungkus nggih,” begitu kataku. Dengan tujuan jika dimakan bersama keluarga di rumah tentu akan terasa lebih nikmat.

“Nggih siap, tunggu ya mba,” jawabnya singkat.

Meski Warung Bu Lastri ini belum terdaftar di google maps, tapi percaya atau tidak bahwa dalam sehari warung ini bisa menjual puluhan nasi pecel bahkan saat ramai, warung legendaris ini bisa menjual nasi pecel lebih dari 70 porsi dalam waktu yang singkat. Meski tidak ada akses di peta, namun warung ini sudah memilliki banyak pelanggan tetap yang sering datang memborong nasi pecel yang sudah terkenal ini.

Jadi, saat Kalian datang ke warung ini jangan lupa untuk datang lebih awal ya, warung yang beroperasi mulai dari jam 6 pagi ini biasanya sudah terjual habis di jam-jam 8 hingga 9 pagi.

Oh iya, Anda juga bisa lhoh makan di warung tersebut, atau bisa juga di bungkus bawa pulang seperti saya. Tenang saja sama-sama tetap menggunakan daun jati untuk alasnya kok.

nasi pecel dong jati

“Mbak, pesenannya sudah siap,” Suara Bu Lastri mengagetkan lamunanku. “Akhirnya kesampaian juga makan nasi pecel jenengan Bu, terima kasih bu,” jawabku sambil tersenyum dan mengeluarkan uang dari kantong celana olahragaku.

“Iya mba, sering-sering mudik biar sering mampir ke sini ya mba,” begitu katanya dengan ramah. “Nggih bu siapp.” Jawabku singkat sambil tersenyum dengan jari yang membentuk huruf O dan tukang parkir membantuku mengeluarkan sepeda motor dari parkiran.

Sesampainya di rumah, langsung ku buka nasi pecel dong jati. Menyantapnya dengan lahap, dengan mulut yang masih mengunyah langsung menawarkan bungkusan lainnya ke suami dan orang tuaku. “Ayok ayok sarapan nasi pecell,”. Benar saja saat suapan pertama masuk ke mulut, langsung menggoyangkan lidah tanpa henti.

Rasanya memang juara dan tentu saja inilah alasan kenapa banyak orang rela antri menunggu lama dan kenapa dari dulu hingga sekarang masih menjadi primadona dan dijuluki nasi pecel legendaris. “Rasanya memang mantappp. Fix bakal tetep jadi langganannya Bu Lastri kalau gini mah,” kataku dalam hati. 

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here