Rumah Makan Saung Bambu (Official Instagram @saungbambu.tbn)

Saya sudah beberapa kali melewati rumah makan yang terletak di Jalan Losari, Kelurahan latsari, Kec. Tuban ini. Lokasinya yang tak biasa memanglah membuatnya semakin menonjol diantara deretan rumah penduduk di hadapannya. Sejak pertamakali melewatinya, tempat ini sudah saya tandai di dalam otak saya, ya, suatu hari nanti saya akan mencobanya.

Dan tepat sepekan yang lalu (tanggal 4 November 2021) dengan salah satu teman, saya akhirnya memutuskan untuk bersinggah dan mencoba makanan di tempat ini. Cuaca yang sedikit mendung membuat udara semakin terasa lebih segar, menyembunyikan sinar matahari yang biasanya bersinar terik seperti pada umumnya di siang hari. Begitu memarkirkan sepeda motor, saya dapat melihat hamparan padi hijau mengelilingi rumah makan ini.

Sebuah logo bundar besar terpampang bertuliskan Saung bambu. Tepatlah pemilihan nama itu, karena rumah makan ini (yang dapat saya amati) hampir keseluruhannya terbuat dari bambu (kecuali meja dan kursi, tentu saja). Pada saat saya masuk, langsung terdengar dengan jelas alunan musik tradisional (seperti alunan musik khas daerah jawa Barat) dari alat musik seruling dan angkung (jika tidak salah) terlantun dengan lembut menyambut para tamu yang datang.

 Terlihat beberapa tempat telah penuh dengan para pegawai dinas yang sedang beristirahat untuk makan siang. Di Saung Bambu terdapat dua pilihan tempat untuk duduk: meja lesehan dan meja dengan kursi seperti pada umumnya, dan kebetulan karena hampir seluruh tempat lesehan penuh, saya dan teman memutuskan untuk memilih meja dengan kursi pada umumnya.

Tempat Lesehan Saung Bambu (Dok. Pribadi)
suasana di dalam rumah makan

Setelah memilih tempat untuk duduk dan menaruh tas serta barang-barang pribadi milik kami, kami berjalan menuju tempat pemesanan yang unik pula. Tidak seperti pada tempat umum dimana para pegawai datang, memberikan kita daftar menu, disini kita dapat memillih langsung menu yang akan kita pesan dengan berbagai contoh masakannya secara langsung.

Tempat Pemesanan Saung Bambu (Dok. Pribadi)

Berbagai pilihan menu telah di tempatkan pada wadah-wadah rotan yang tertup dengan rapat. Saking menariknya membuat saya bingung lantaran banyaknya pilihan masakan yang ada di depan saya saat itu. Seperti yang sudah ditebak oleh batin saya, betul saja, seluruh menu merupakan makanan-makanan khas dari Jawa.

Terdapat tiga pilihan dari olahan ayam, yaitu: ayam bakar kecap, ayam goreng, serta ayam bakar bumbu rujak. Berbagai lauk lainnya seperti: tempe dan tahu bacem, gorengan bakwan jagung dan tempe tepung, usus bakar, oseng-oseng kerang hijau, ikan gurami asam manis, rendang jengkol, dan sayur asem Jakarta.

Tak lupa juga, satu-satunya menu yang tak boleh terlewatkan, terutama bagi orang Jawa, yaitu sambal! Di tempat ini disediakan berbagai jenis sambal yang memikat hati, seperti: sambal bawang, sambal tomat, sambal terasi, sambal kemangi, sambal bajak, dan sambal matah.

Jujur saja, saya dan teman saya saat itu sedikit bingung hendak memilih apa, namun pada akhirnya kami berdua sudah menetapkan pilihan kami masing-masing. Kami berdua sama-sama memilih nasi bakar, oseng-oseng kerang hijau, ayam bakar kecap, tahu bacem, dan untuk sambal (karena kami sama-sama pecinta pedas) kami memesan sambal terasi mentah. Untuk minuman, kami sama-sama memilih jeruk nipis dingin sebagai pilihan kami.

Setelah memesan kami menunggu di meja kami dengan sabar. Kami menunggu sembari mengobrol beberapa saat tentang berbagai hal. Tempat yang sangat nyaman dengan udara sejuk yang mengelilingi kami membuat tubuh secara otomatis terasa lebih santai. Penantian kami ternyata tidak memakan waktu yang lama, kurang lebih hanya berkisar 15 menit saja, makanan pesanan kami telah diantarkan di meja kami.

Makanan yang Kami Pesan Sesaat Setelah Diantarkan ke Meja Kami (Dok. Pribadi)

Seluruh makanan disajikan dengan cara yang sederhana namun terlihat sangat manis. Kedua nasi bakar pesanan kami diletakkan di piring rotan beralaskan daun pisang, lauk lainnya seperti sambal dan tahu bacem diletakkan di sebuah cobek kecil merah, sedang oseng-oseng kerang diletakkan di sebuah wajan kecil yang lucu. Begitu saya buka gulungan dari daun pisang pada nasi bakar, aroma wangi dari daun kemangi dan kepulan uap langsung membumbung naik ke hidung.

Nasi Bakar Saung Bambu (Dok. Pribadi)

Bumbu dari nasi bakar tersebut meresap dengan sempurna ke dalam ayam, daun kemangi serta bawang goreng, membuat kolaborasi rasa yang seimbang di dalam setiap suapannya. Saya mulai mencoba tahu bacem dan oseng-oseng kerang satu persatu, dan benar saja, tidak hanya tampangnya saja yang menarik, namun rasanya-pun lezat dan yang terutama cocok di lidah saya.

Oseng-oseng Kerang Hijau (Dok. Pribadi)

Tahu Bacem Saung Bambu (Dok. Pribadi)

Rasa dari tahu bacem tersebut menurut saya sangat pas, tidak terlalu manis seperti yang kerap kali saya temui diberbagai tempat yang saya kunjungi. Namun, tahu bacem milik Saung Bambu ini memiliki rasa yang seimbang. Kelembutan dari tahu serta rasa manis sekucupnya (tidak legit), membuat saya ketagihan.

Kerang hijaunya ditumis dengan potongan kecil tahu yang telah digoreng setengah matang dengan bumbu khas yang tidak terlalu pedas. Sedangkan untuk ayam bakar kecapnya, untuk saya sedikit terlalu manis, namun karena dimakan berbarengan dengan nasi bakar dan tentu saja sambal terasi mentah yang ternyata luar biasa pedas memberi rasa yang seimbang dan sangat nikmat!

Sambal Terasi Mentah (Dok. Pribadi)

Ayam Bakar Kecap Manis (Dok. Pribadi)

Pedas, manis, gurih, dan asin, semuanya ada di dalam masakan yang kami pesan tersebut. Kami berdua merasa sangat puas sekali dengan hidangan yang telah kami santap di rumah makan Saung Bambu ini. Untuk harganya sendiri, saya katakana relative pada umumnya. Untuk seporsi nasi bakar (dengan ukuran yang besar) dihargai sebesar Rp. 12,000, sedang sepotong ayam (ayam kampung) bakar kecap dihargai sebesar Rp. 14,000. Sambal satu porsi sebesar Rp. 6,000, tahu bacem Rp. 3,500/potong, sedang tumis kerangnya sendiri seharga Rp. 10,000.

Menimbang-nimbang ukuran (porsi) pada masing-masing masakan, rasa, tempat yang sangat nyaman, menurut kami harga yang ditawarkan sudah termasuk murah. Pada siang itu, hujan angin turun melanda Saung Bambu yang mau tidak mau membuat kami harus berdiam disana hingga hujan reda. Sembari menunggu reda, teman sayapun memesan nasi bakar untuk dibawa pulang.

Memang seenak itu masakan Saung Bambu, hingga teman saya yang temasuk pemilih dalam makanan-pun membungkus menu lain untuk dibawa pulang. Jadi, jika Anda para pembaca sekalian penasaran akan rasanya, bisa langsung mampir ke tempat ini. Tentunya jika Anda sedang mampir atau berkunjung ke Tuban kota kecil nan indah ini.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here