Nasi Pindang Warung Dhe Rohman
Nasi Pindang Warung Dhe Rohman

Nasi Pindang Warung Dhe Rohman (Dok. Pribadi)

Ada harga ada rasa, begitu kata sebagian besar orang yang berada di sekeliling saya. Saya sendiri terkadang tak bisa membantah argumen tersebut, karena saya sendiri juga mengetahui bahwa kualitas bahan baku mentah (makanan) memang akan semakin menanjak seiring dengan kualitasnya, seperti contoh: daging, ikan-ikanan, bahkan sayur mayur.

Namun, diambil dari pengalaman pribadi saya sendiri, mahal belum tentu nikmat. Apalagi mengingat saya yang merupakan orang Jawa Timur yang pada umumnya memiliki selera lidah yang rumit. Tumbuh besar dengan makanan-makanan dengan cita rasa komplit: gurih, asin, manis, dang paling utama adalah pedas. Ya, kami orang jawa Timur tidak akan lega jika makanan kami tidak pedas (pada umumnya).

Hal ini membuat saya selalu mengutamakan rasa sebagai pedoman dalam memilih makanan. Bagi saya sendiri, akan menjadi penyesalan yang bukan main jika saya sudah mengeluarkan uang dalam jumlah yang tidak sedikit, namun tidak sepadan dengan rasa yang disuguhkan. Jadi, saya lebih suka blusukan, mencari tempat-tempat dengan menu-menu khas yang tidak bisa ditemukan di tempat lain.

Mencari makanan seperti ini tidaklah begitu sulit mengingat saya tinggal di Tuban, sebuah kota kecil di Jawa timur yang terkenal dengan berbagai kuliner lautnya. Pada awalnya, saya mendengar tempat ini dari seorang teman, ia sangat merekomendasikan tempat ini untuk saya. Warung yang terkenal dengan menu andalan mereka yaitu nasi pindang.

Tempat Makan Warung Dhe Rohman (Dok. Pribadi)

Ia mendeskripsikan tempat ini begitu rupa sehingga pada akhirnya rasa penasaran saya menjadi-menjadi. Mengajak seorang sahabat, saya akhirnya memutuskan untuk meluangkan waktu makan di tempat ini berkisar pada pertengahan Oktober tahun ini (2021).

Sebuah warung sederhana yang didirikan di depan rumah sang pemilik langsung, yaitu warung Dhe Rohman. Begitu datang di tempat ini, kita dapat langsung memesan menu yang tertera di tembok (sebuah banner besar terpasang di tembok) dengan bantuan dua orang pegawai perempuan yang ramah.

Tidak hanya nasi pindang, di tempat ini juga meghidangkan berbagai menu lainnya (yang sebenarnya cukup memikat, namun belum sempat saya coba) seperti: sego pecel (nasi pecel), penyetan, cumi ireng (cumi hitam), becek daging, dan kare ayam. Langsung saja saya pesan menu andalan mereka yaitu nasi pindang untuk diri saya sendiri, dan melalui rekomendasi Mbak pegawai sahabat saya memesan cumi ireng (cumi hitam) yang tak terlalu pedas (sahabat saya tidak terlalu suka pedas).

Untuk minuman, kita bisa memilih berbagai minuman saset atau teh (panas atau dingin). Yang sangat saya suka dari tempat ini, meskipun menyandang nama warung, tempat ini begitu bersih dan terjaga dengan sangat baik. Tak perlu waktu yang lama, kira-kira hanya memakan waktu 10 menit saja makanan kami sudah diantarkan di meja kami.

Cumi Ireng (Cumi Hitam) dan Nasi (Dok. Pribadi)

Aroma sedap sudah menusuk hidung kami begitu makanan diletakkan di hadapan kami. Kedua nasi dialasi dengan sebuah daun jati besar menambah kesan “lokal” yang kental. Porsi nasi pindang di hapadan saya ini sudah cukup besar, jujur, sebenarnya cukup membuat saya kaget. Dipiring saya sudah sudah tergeletak seekor ikan pindang sedang (tidak besar, tidak kecil) yang sudah digoreng dengan tepung, satu tempe goreng tepung, oseng-oseng tahu yang manis, mie goreng, sambal, dan sedikit kucuran cumi ireng (cumi hitam) di samping.

Semua ini didapatkan hanya dengan harga Rp. 8,500 saja! Sedangkan untuk seporsi cumi ireng dan nasi yang dipesan oleh teman saya dihargai sebesar Rp. 11,000. Ini sih, sudah lebih dari cukup menurut pendapat saya. Langsung saya campur sambal serta kuah cumi merata dengan nasi, mencicipinya, dan ternyata benar saja, bukan dompet saya saja yang menari, bahkan lidah sayapun langsung “menyetujui” rasa yang menjalar di mulut saya.

Saya mengangguk-angguk ke sahabat saya sebagai tanda persetujuan yang diikuti oleh sahabat saya. Rasa pedas dan asin dari sambal berbaur dengan kuah cumi ireng yang segar namun tak terlalu pedas. Ditambah rasa manis dari oseng tahu yang lembut, serta rasa gurih dari ikan pindang dan tempe goreng membuat saya tersenyum puas.

Cita rasa seperti ini menjadi sebuah candu bagi saya pribadi, cita rasa lokal, cita rasa masakan khas Indonesia yang selalu membuat kita rindu akan tempat kelahiran kita. Jujur, sambalnya sendiri ternyata lebih pedas dari yang saya bayangkan hingga memuat saya sedikit kepedasan.

Untuk minum saat itu saya memesan segelas nutrisari jeruk dingin (dihargai sebesar Rp. 4,000) dan sahabat saya teh dingin manis yang juga dihargai dengan harga yang sama. Kami berdua bahkan tetap disana untuk beberapa saat, mengobrol dengan santai karena memang suasana yang cukup nyaman dan tenang.

Detik itu juga saya tahu bahwa tempat ini akan menjadi tempat langganan saya, dan memanglah harga tidak selalu menjadi jaminan dari rasa. Di luar sana, banyak sekali tempat-tempat yang menyuguhkan kekuatan rasa dengan harga miring yang mampu memuaskan lidah kita, salah satu contohnya adalah warung Dhe Rohman ini. Sangat cocok bagi para pelajar maupun Anda yang mencari makanan enak dengan harga yang murah.

Bagi pembaca sekalian yang sekiranya sedang berjalan-jalan ke Tuban atau hanya sekedar lewat, saya sarankan untuk mampir dahulu dan mencoba menu yang satu ini. Warung Dhe Rohman sendiri beralamat di Jalan Pahlawan, Kebonsari, Tuban, Jawa timur (juga sudah terdaftar di aplikasi Grabfood). Saya jamin bagi Anda pecinta masakan pedas akan menyukai menu yang satu ini. Selamat mencoba!

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here