Akhir pekan adalah waktu yang tepat untuk sejenak melepas penat dan juga beban pikiran setelah menjalani rutinitas harian yang melelahkan serta membosankan. Begitu pula denganku yang sudah merencanakan untuk mengisi akhir pekan dengan pergi bertamasya.

Kali ini aku bersama keluarga akan pergi ke Kabupaten Wonosobo, atau tepatnya ke daerah wisata Dieng. Mendengar nama Dieng mungkin sudah tidak asing lagi, karena memang tempat ini adalah kawasan wisata yang sudah sangat populer.

Dieng adalah sebuah kawasan dataran tinggi yang menyimpan banyak keindahan alam yang membuat siapa saja terpana. Perbukitan, telaga, kawah hingga Candi menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang datang ke tempat ini.

Aku berangkat bersama keluarga pada tengah malam. Ini karena dari kotaku menuju ke Dieng yang berada di Kabupaten Wonosobo memiliki waktu tempuh sekitar 4-5 jam. Selain itu kami berangkat tengah malam karena berencana ingin melihat sunrise di bukit sikunir.

Bukit sikunir adalah salah satu objek wisata yang paling terkenal di kawasan Dieng. Karena di puncak bukit ini kita akan disuguhkan golden sunrise yang menawan dan sangat indah. Konon katanya sunrise dari bukit ini menjadi yang paling indah di kawasan Asia Tenggara.

Kami tiba sekitar pukul setengah 5 pagi. Setelah melaksanakan sholat subuh kami bergegas menuju ke puncak yang jarak tempuhnya adalah berjalan kaki sekitar satu jam. Namun sayang kami kurang beruntung pada hari itu karena langit berawan sehingga sunrise tidak terlihat dengan sempurna.

Setelah puas menikmati pemandangan dari puncak bukit dan berfoto ria, kami turun dan memilih untuk segera melanjutkan perjalanan ke obyek wisata selanjutnya yaitu telaga Pengilon, Kawah Sikidang dan juga Candi Arjuna. Inilah menariknya kawasan wisata dieng karena kita bisa berwisata di banyak tempat karena jarak antara satu tempat wisata ke tempat wisata yang lainnya berdekatan. Selain tempat yang aku sebutkan tadi, masih ada banyak lagi wisata di dataran tinggi Dieng.

Kami menghabiskan waktu sekitar setengah hari disana. Ketika matahari mulai meninggi dan cuaca sudah semakin panas, kami kemudian melanjutkan perjalanan menuju ke daerah pusat kota Wonosobo. Kali ini kami akan berburu kuliner khas dari Wonosobo untuk makan siang.

Seperti yang sudah direncanakan di awal bahwa kami akan mencoba mie ongklok. Salah satu kuliner paling khas di Wonosobo selain Sego Megono. Kami menjatuhkan pilihan untuk mencoba mie ongklok dii warung “ Mie Ongklok Longkrang”.

Kami memilih warung tersebut karena berdasarkan rekomendasi dari kerabat dan Warung Mie Ongklok Longkrang bisa dibilang adalah salah satu yang paling terkenal di Wonosobo.

Hal itu setidaknya bisa tergambar jelas ketika aku dan keluarga tiba disana. Kondisi warungnya sangat ramai oleh warga lokal maupun wisatawan dari luar kota. Warung Mie Ongklok Longkrang ini tidak terlalu besar sehingga waktu kami tiba disana kondisinya lumayan berdesakan karena banyaknya pembeli yang datang. Apalagi saat itu adalah jam-jam makan siang.

Karena di dalam sudah penuh, akhirnya kami mendapatkan tempat duduk di luar atau tepatnya di trotoar yang terletak persis di depan warung. Tak butuh waktu lama bagi kami untuk menunggu, Mie Ongklok pun akhirnya dihidangkan di depan kami.

Ketika pertama kali melihatnya aku cukup terkejut dengan tampilannya. Kuahnya yang kental dan bertekstur seperti lendir benar-benar menjadi hal yang baru buat aku.

Aku semakin terkejut ketika mencicipi kuahnya karena rasanya yang sangat manis. Ini diluar bayangan awalku yang mengira Mie Ongklok akan memiliki cita rasa gurih seperti mie kuah seperti daerah-daerah lain di Jawa Tengah.

Rasa kuah dari mie onglok ini mengingatkanku dengan kuah kuliner Selat Solo. Rasanya sangat persis, hanya saja kuah dari mie ongklok ini punya tekstur seperti lem. Untuk mie nya sendiri, tidak ada yang unik. Mienya menggunakan mie pipih yang sama digunakan pada sajian kuliner mie kuah di berbagai daerah.

Memang bisa dibilang ini adalah hal baru buatku memakan Mie dengan cita rasa dominan manis, karena biasanya Mie yang aku makan punya rasa gurih maupun pedas.

Hal menarik lagi adalah mie ongklok ini disajikan dengan sate kambing. Lagi-lagi ini adalah hal sangat baru untuk lidahku. Perpaduan rasa manis dari mie ongklok dengan rasa manis dari sate kambing menciptakan cita rasa yang unik yang membuat kuliner yang satu ini sangatlah berbeda dengan yang lain.

Tak hanya sate kambing, rasa mie ongklok juga bisa dipadukan dengan tempe kemul yang merupakan kuliner khas daerah lereng gunung Sindoro seperti Wonosobo, Temanggung dan Banjarnegara.

Tapi untuk aku pribadi lebih cocok untuk memadukan mie ongklok dengan sate kambing. Karena menurutku tempe kemul akan lebih cocok dan nikmat jika dipadukan dengan sambal kecap. Tapi kembali lagi ini adalah tergantung selera lidah masing-masing.

Jika sedang berkunjung ke Wonosobo, aku sangat menyarankan untuk mencoba kuliner khas yang satu ini. Menurutku ini adalah olahan masakan mie yang sangat berbeda dari yang lain dan sangat wajib dicoba untuk para pecinta mie di luar sana. Dan aku merekomendasikan “Warung Mie Ongklok Longkrang” untuk mendapatkan mie ongklok dengan cita rasa terbaik. Letaknya yang berada di pusat kota tentu membuat tempat ini tidak sulit untuk ditemukan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here